Cara Menuntut Ilmu
Pertanyaan:
Apa yang dibutuhkan seseorang sampai bisa menjadi orang yang
berilmu tentang agama Islam atau penuntut ilmu syar’i?
Jawaban:
Alhamdulillah
Sungguh, engkau telah bertanya perkara yang agung.
Sesungguhnya hal itu sangat mudah bagi siapa yang Allah mudahkan baginya. Ilmu
adalah tanda taufiq dari Allah. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
(( من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين ))
“Barangsiapa
yang Allah inginkan kebaikan padanya, maka Allah akan faqihkan dia ilmu agama.”
(muttafaqun ‘alaih)
Berarti orang yang
Allah tidak inginkan kebaikan padanya adalah orang yang tidak difaqihkan ilmu
agama.
Berkata Imam Al-Bukhari rahimahullah, “Bab ilmu sebelum
berkata dan beramal, yaitu firman Allah ta’ala: ‘Ketahuilah, bahwasanya tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Allah.’ Maka Allah memulai dengan ilmu.
Dan para ulama’ mereka adalah pewaris para Nabi. Para Nabi mereka mewariskan
ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang besar.
Dan barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka untuk menuntut ilmu,
maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju syurga. Dan berfirman Yang Agung
penyebutan-Nya:
}إِنَّمَا
يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ{
“Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (Surah
Fathir: 28)
}وَمَا
يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ{
“dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Surah Al-‘Ankabut: 43)
}وَقَالُوا
لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ{
“Dan mereka berkata:
‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah
kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala’.” (Surah Al-Mulk:
10)
}هَلْ
يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ{
“Katakanlah: ‘Adakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ “
(Surah Az-Zumar: 9)
Dan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
))إِنَّمَا
الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ((
“Sesungguhnya
ilmu itu (didapatkan) hanya dengan belajar.”
Berkata Ibnu
‘Abbas, “Jadilah orang-orang yang rabbani, murah hati, dan faqih.” Dan
dikatakan: Rabbani adalah yang mengajari manusia dengan ilmu-ilmu kecil sebelum ilmu-ilmu besar.
Dari Qais bin
Katsir berkata: Telah datang seorang laki-laki dari Madinah kepada Abu Darda’
dan beliau di Damaskus dan berkata, “Apa yang membuatmu datang wahai
saudaraku?”
Lalu dia menjawab,
“Ada sebuah hadits yang telah sampai kepadaku bahwa engkau mengatakannya dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Abu Darda’
bertanya, “Apakah engkau datang untuk suatu kebutuhan?”
Dia menjawab,
“Tidak.”
Abu Darda’ bertanya lagi, “Apakah engkau datang untuk suatu
perdagangan?”
Dia menjawab, “Tidak.”
Lalu dia berkata lagi, “Tidaklah aku datang kecuali untuk
meminta hadits ini.”
Dia berkata, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
))مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَبْتَغِي فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ
الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ
فِي الْمَاءِ وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ
الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأنْبِيَاءِ إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا
دِينَارًا وَلا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ.((
‘Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka untuk
menuntut ilmu, maka Allah akan arahkan dengannya jalan menuju syurga. Sesungguhnya
para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka karena ridha kepada penuntut ilmu.
Dan sesungguhnya orang yang berilmu akan dimintakan ampun oleh semua yang di
langit dan di bumi sampaipun ikan yang berada di lautan. Keutamaan orang yang
berilmu atas orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan atas seluruh
bintang. Sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya
para Nabi mereka tidak mewariskan dinar maupun dirham. Akan tetapi mereka hanya
mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian
yang besar.’ ” (HR. At-Tirmidzi no. 2606 dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)
Inilah sebagian keutamaan-keutamaan ilmu dan itu baru “sedikit
dari limpahan”. Kalau seandainya disebutkan keutamaan-keutamaan ilmu semuanya,
maka sungguh akan panjang pembicaraannya. Dan semoga dari yang disebutkan
sebagai pengingat bagi siapa yang memiliki hati atau menggunakan pendengarannya
dan dia menyaksikan.
Adapun jalan untuk mendapatkan ilmu adalah bertaqwa kepada
Allah dan merasa diawasi-Nya baik dalam kondisi sembunyi maupun
terang-terangan. Kemudian mengambil ilmu dari para ulama’ yang terpercaya ilmu
dan agamanya. Apabila engkau menjumpai orang yang berilmu yang ada padanya
sifat-sifat ini, maka berkomitmenlah kepadanya dan berkonsultasilah kepadanya dalam
jalan mengambil ilmu. Apabila engkau belum menjumpai orang yang berilmu, maka
carilah penuntut ilmu. Apabila engkau belum menjumpai juga, maka engkau harus
belajar dari jalan kaset-kaset (rekaman-rekaman) dan kitab-kitab dasar.
Apabila engkau bertanya: Apa kitab-kitab yang harus kami
pelajari?
Maka jawabannya: Hendaknya yang pertama adalah bertahap
dalam mendapatkan ilmu syar’i, dan di setiap bidang ilmu ada kitab-kitab
tertentu. Maka hendaklah yang pertama kali engkau pelajari adalah ilmu-ilmu
aqidah, kemudian ilmu-ilmu yang dapat membantumu dalam memahami kitabullah
(Al-Qur’an) dan sunnah (Hadits) rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, mulai
dari nahwu (bahasa arab), ushul fiqih, musthalah hadits, kemudian
fiqih dan tafsir. Dan sebelum itu semua, mulailah dengan menghafal
Al-Qur’an, maka semua ilmu-ilmu adalah dipelajari untuk dapat memahami
Al-Qur’an dengan pemahaman yang benar.
Dan untukmu sekarang daftar nama-nama kitab, diurutkan
sesuai yang paling utama:
Dalam Aqidah: Engkau mulai pertama kali dengan:
- Kitab Al-Ushuluts
Tsalatsah, kemudian
- Kitabut Tauhid, kemudian
- Kitab Kasyfusy Syubuhat, karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, kemudian
- Kitab Kasyfusy Syubuhat, karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab, kemudian
- Kitab Al-‘Aqidah
Al-Wasithiyyah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Setelah engkau menyelesaikan dari mempelajari kitab-kitab ini
dan menghafalnya, lalu berpindahlah ke
- Kitab Al-Ajurumiyyah dalam
Nahwu,
Kemudian
- Kitab Al-Ushul min ‘Ilmil
Ushul dalam Ushul Fiqih,
Kemudian
Kemudian berpindahlah mempelajari
- Kitab Al-Arba’in An-Nawawiyyah
dalam Hadits, kemudian
Kemudian mulailah dalam Fiqih dan tidak mengapa mempelajari
matan fiqih milik salah satu madzhab yang empat yang diakui seperti
- Bidayatus Salikin,
- ‘Umdatul Fiqh,
- Matnu Abi Syuja’,
Dan bukan maksud kami engkau fanatik kepada madzhab
tertentu, akan tetapi hanya agar metode belajarmu adalah metode belajar yang sistematis
yang dibangun di atas pondasi yang diakui, sampai engkau kokoh dalam menuntut
ilmu. Maka engkau mengikuti dalil dan jangan fanatik kepada madzhab tertentu.
Dan engkau perhatikan kitab-kitab sebelumnya, yaitu dalam mempelajarinya engkau harus menghafalnya dan memahaminya. Dan semangatlah dalam memaksimalkan kaset-kaset (rekaman-rekaman) para ulama’ yang menjelaskan kitab-kitab tersebut seperti Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Syaikh ‘Abdullah bin Jibrin, dan selainnya.
Kemudian setelah selesai dari fiqih, ambillah sebuah kitab
dalam Tafsir. Dan mulailah dengan
- Kitab Taisirul Karimir
Rahman fii Tafsiri Kalamil Mannaan karya Syaikh ‘Abdurrahman As-Si’di
rahimahullah, kemudian
- Tafsir Ibni Katsir.
Inilah kitab-kitab yang paling penting yang harus dipelajari
seorang penuntut ilmu. Apabila engkau telah selesai mempelajarinya, maka di
sana ada kitab-kitab yang lebih tinggi darinya, kami akan mengkhabarkannya
kepadamu setelah engkau menyelesaikan kitab-kitab yang sudah disebutkan. Maka teruslah
bersama kami dalam berkomunikasi. Wassalam..
Dijawab oleh: Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah
Dijawab oleh: Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah
Diterjemahkan dari: https://islamqa.info/ar/answers/20191/
Alih Bahasa: Abahe Yazid
Artikel: www.pelajarmuslim.org